Komisi X DPR RI Minta Trowulan Sebagai Kawasan Budaya
Komisi X DPR RImeminta pemerintah agar Trowulan dijadikan kawasan budaya sebagai bentuk pelestarian Kerajaan Majapahit.
“Saat ini wilayah Trowulan memang masih memiliki peninggalan bersejarah dari Kerajaan Majapahit,” kata Ketua Tim Kunjungan Spesifik Komisi X, Agus Hermanto disela-sela kunjungannya ke Museum Trowulan, di Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (12/9)
Oleh karena itu,menurutnya, peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerta harus terus dilestarikan keberadaannyasebagai pusaka bangsa.
“Di Trowulan ini memang masih banyak yang harus ditingkatkan salah satunya pembuatan kawasan budaya tersebut,” ujar Agus.
Dengan adanya kawasan budaya, kata Agus,maka seluruh kebudayaan yang ada di kawasan Trowulan ini bisa dilestarikan termasuk seluruh kebudayaan yang ditinggalkan oleh Kerajaan Majapahit.
Ia mencontohkan, seperti kawasan Bubat yang sebelumnya terkenal sebagai tempat pelatihan para prajurit Majapahit kini menjadi ladang tebu.
"Oleh karena itu, pembentukan kawasan budaya ini memang perlu dilakukan menyusul masih banyak aset di kawasan Trowulan ini yang harus ditingkatkan," katanya.
Agus menjelaskan, bahwa kunjungan spesifik Komisi X ke Trowulan adalah kunjungan khusus untuk mengetahui secara langsung kawasan budaya yang ada di Trowulan.
Menurutnya, kebesaran sejarah peradaban di Indonesia dan nusantara harus ditilik dari sudut kekinian. "Tugas kita untuk tidak mengabaikannnya," kata politisi Partai Demokrat ini.
"Makanya kami perlu tahu batas wilayah yang masuk cagar budaya di Trowulan biar jelas. Selama ini masih bias. Belum ada gambaran yang lebih jelas. Kami juga belum mendapatkan gambaran ini," katanya.
Sebelumnya disebutkan secara umum, kawasan cagar budaya Trowulan sepanjang 11 KM persegi.
Namun diakui, masih banyak yang bisa dikembangkan dari keberadaan kawasan budaya Trowulan. Ada museum, candi, dan berbagai situs budaya ada di wilayah ini.Semua harus dilestarikan dan dikembangkan.
Kawasan ini harus dikembangkan sehingga memberi kemakmuran masyarakat dan menjadi sumber devisa. Negara yang bertugas menciptakannya.
"Harus terus digali anggaran yang bersumber pada APBN untuk pengembangan budaya ini. Semua harus fokus dan tepat sasaran," tambah Agus.
Selain ke Museum Majapahit, Tim Komisi X melanjutkan kunjungan, melihat situs-situs budaya. Mulai dari Candi Bajang Ratu dan Candi Tikus.
Sementara itu, Kepala Balai PelestarianPeninggalan Purbakala (BP3) Trowulan,Aris Sofyan mengatakan, saat ini pemerintah sedang mendayagunakan masyarakat setempat untuk beralihprofesi dari pembuat batu bata menjadi pemandu wisata di Trowulan.
"Kami berharap dengan adanya dorongan dari pemerintah ini akan memberikan efek positif bagi perkembangan kawasan Trowulan untuk lebih baik lagi kedepannya," katanya.
Ia mengatakan, saat ini lebih dari tiga ribu tempat pembuat bata (linggan) yang ada di sekitar Trowulan.
"Dari masing-masing tempat pembuatan tersebut diisi oleh tiga sampai dengan lima orang tenaga kerja," katanya.
Oleh karena itu, mereka nantinya akan diberdayakan dengan dijadikan sebagai pemandu wisata atau juga pengantar para wisatawan yang datang ke Trowulan.
"Dengan demikian para wisatawan tersebut akan terbantu adanya para pemandu wisata yang datang ke lokasi wisata Majapahit," imbuhnya. (sc)foto:sc/parle/wy